Di tengah malam
yang sepi dan sunyi. Ada seorang gadis kecil berumur 7 tahun sedang duduk
diatas kasur sambil memandangi langit yang gelap. Jasmine, itulah nama dari
anak tunggal keturunan Indo-Belanda. Memiliki mata yang indah, berpipi merah,
dan bibir yang manis. Ia adalah pecinta bunga krisan.
Semalaman ia
tidak bisa memejamkan mata, rasanya hati berdebar kencang untuk menatap hari
esok baginya. Mama dan Papa Jasmine akan pulang besok. Selama ini, Jasmine
hanya tinggal dengan Bi Itun seorang pembantu dan Pak Harjo, supir pribadi
Jasmine. Mamanya terlalu sibuk dengan hari-harinya sebagai seorang designer.
Sedangkan Papanya mengurus investasi di luar negeri. Ia sangat sulit untuk
mengungkapkan rasa khawatirnya kepada kedua orang tuanya.
Saat ia
memandang langit, “Aku ingin melihat bintang jatuh dan berdoa agar orang yang
kusayangi dan orang yang menyayangiku
akan hidup bahagia didunia dan disurga kelak” gumamnya sambil berlinang air
mata. Tak lupa ia akan kebiasaan mencium bunga krisan disaat akan tidur yang
berada tepat disamping ranjangnya.
Waktupun telah
berlalu, Bintang telah menjadi mentari. Jasmine membuka matanya dengan tujuan
mata pertamanya ialah bunga krisan berwarna merah yang telah diganti oleh Bi
Itun. Ia pun segera beranjak dari tempat tidur karena tak sabar menanti
kedatangan Orang tuanya. Pukul 07.30 ia mengingatkan Pak Harjo agar
bersiap-siap untuk menjemput Mama dan Papa Jasmine.
Sesampai di
Lobby bandara, ia berteriak dengan penuh haru “Mama… Papa…” teriaknya. Ia
langsung memeluk kedua orang tuanya. Diperjalanan pulang, Jasmine berpikir
tentang keadaannya selama ini. Ia berkata dalam hati “Apakah mereka dapat
merasakan keadaanku saat ini?” tanda tanya besar masih menghiasai pikirannya.
Lamunannya pun dibubarkan dengan panggilan Bi Itun bahwa ia telah sampai
dirumah.
Dirumah, ia
memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berada dekat dengan kedua orang tuanya.
Saat mereka bercanda tawa, jasmine kemudian berkata dalam hati “Apa aku nanti
akan sangat jauh dan mungkin paling jauh didekat mereka?”. Ia pun merasa tidak
enak badan dan kembali kekamar dengan alasan bahwa ia lelah.
Dia terduduk di
ranjang dan melihat kembali album kenangan bersama kedua orang tuanya. Jasmine
membuka kembali buku hariannya dan menulis. Ia mengambil setangkai bunga krisan
warna kuning. Tiba-tiba , Jasmine merasa sangat pusing dan hidungnya
mengeluarkan darah. Tubuhnya lemas dan hanya bayangan Mama,Papa,Bi Itun,dan Pak
Harjo. Kemudian hilang…
Jasmine telah
mengetahui bahwa ia telah menderita penyakit kanker otak. Saat ia siuman,
dilihatnya Mama dan Papa menangis disebelah kanannya. Dan disebelah kirinya ada
Bi Itun yang membawa buku harian milik Jasmine dan Pak Harjo yang membawakannya
beberapa tangkai krisan dengan beragam warna. Pecinta bunga krisan itu tetap
tidak bisa mengucapkan satu katapun karena badannya terlalu lemah.
Pak Harjo
memberikan setangkai krisan putih ketangan Jasmine. Ia berusaha menggerakkan
tangannya dan mengambil buku harian yang dipegang Bi Itun. Setelah buku harian
itu berada ditangannya ia memberikan kepada kedua orang tuanya. Dengan air mata
yang bercucuran, Mamapun mengambil buku harian itu dan berkata “Maafkan kami
Jasmine, kami telah melupakan kondisi anak tersayang Mama dan Papa”. Jasmine
hanya membalas dengan senyum simpul dan melirik bunga krisan yang berada
ditangannya.
Tiba-tiba,
Jasmine merasa pusing berat. Dokter pun segera menangani dengan cepat.
Mama,Papa,Bi Itun, dan Pak Harjo hanya bisa berdoa dengan keselamatan Jasmine.
Mama dan Papa duduk dan membaca buku harian Jasmine, Lembar terakhir bertulis :
"Untuk Mama dan Papa tercinta. Jasmine sayang sekali dengan kalian.
Maafkan aku jika selama ini tidak pernah memberitahu tentang keadaanku.
Jasmine sangat merindukan kehangatan pelukan kalian dan disetiap malam
aku selalu berdoa agar kalian sehat selalu"
Oh ya, Pa..Ma.. Jika Jasmine ulang tahun, tolong belikan setangkai krisan
merah untuk Jasmine. Ok? :)
I love you mom, I love you dad.
Bertepatan saat
mereka telah membaca buku harian Jasmine, Dokter keluar dari kamar dengan wajah
muram. Papa bertanya kepada Dokter bagaimana dengan keadaan Jasmine, Dokter
menjawab dengan rasa sedih “Maafkan kami Pak, kami telah berusaha sebisa
mungkin untuk menolongnya. Tetapi, Tuhan telah berkehendak lain”. Mama dan Bi
Itun segera menuju ke kamar rawat Jasmine. Dilihatnya Jasmine berbaring dengan
tenang dan tangannya masih memegang krisan putih. Semua orang yang ada disitu
menangis melihat kepergian Jasmine. Tetapi apa daya, mereka hanya bisa berdoa
agar Jasmine hidup dengan tenang.
Tepat dua hari
setelah kematian Jasmine. Itu merupakan hari ulang tahunnya. Mama dan Papa
tidak lupa untuk membelikan Jasmine setangkai krisan merah. Kini krisan itu
berada dipinggir batu nisan Jasmine untuk menemaninya didalam kegelapan dan
kesendirian dialam yang berbeda.
A red crysan for Jasmine |
0 Comments: