Tak Seperti Janjimu

         Kisah ini berawal, dari tiga sahabat yang tak berpisah selama 4 tahun. Sahabat ini terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan. Yang pertama bernama Eric pemuda asli Inggris, dia yang paling bijak dan sangat cepat dalam menyelesaikan masalah. Dia juga berparas tampan dan banyak disukai para wanita. Yang kedua adalah pria keturunan Amerika bernama Thomas, dia yang paling badung diantara yang lain karena sikapnya yang selalu dimanja. Sikapnya keras kepala tetapi dia sangat membenci jika sahabatnya tersakiti. Dia adalah anak dari sahabat Ayah Eric, maka dari itu ia dapat berteman dengan Eric. Yang terakhir adalah gadis keturunan Taiwan. Ia bernama San Chai. Sikapnya keras, tetapi dia pintar dalam memainkan alat-alat musik. Sayangnya dia adalah seoang anak yatim. Ibunya bekerja di perusahaan orang tua Eric.
Berawal dari liburan musim panas, tiga sahabat itu berlibur ke pantai bersama. San Chai bangun pagi hari sekali hanya untuk melihat matahari terbit. Dengan menggunakan piyamanya ia  duduk di pinggir pantai dibawah matahari terbit dan menyambutnya dengan tersenyum. Eric pun menghampiri San Chai yang sedang menikmati matahati tersebut.
“Hei, kau terlihat bahagia sekali,” sapa Eric
“Ah, aku hanya merasa bebas sekali,” jawabnya dengan menghirup udara yang sejuk itu. “Dimana Thomas?,” tanyanya dengan penasaran.
“Dia jarang sekali bisa bangun sepagi ini. Biarkanlah, dia lelah telah menyetir kemarin,” ucap Eric dengan tawa kecil. Akhirnya Eric duduk di pinggir San Chai dan bergabung melihat matahari terbit dengan indahnya. Tiba-tiba, Thomas keluar dengan membawa dua cangkir kopi.
“Hei! Kenapa kalian menikmati pemandangan ini tanpa aku?,” seru Thomas dengan mengejek sambil menyodorkan cangkir kopi kepada mereka.
“Apa yang membuatmu bisa berbuat baik seperti ini?,” tanya San Chai heran. Akhirnya mereka semua tertawa bersama.
Siang harinya, Eric mengajak mereka berjalan dipinggir pantai. Disepanjang perjalanan mereka hanya terdiam menikmati pemandangan. Mereka saling tersenyum melihat indahnya ciptaan ini. Akhirnya San Chai memulai percakapan, ia merasa bahwa persahabatan ini tidak akan pudar hingga kelak mereka sukses akan terus bersama. Eric mengiyakan dengan anggukan kepala. Thomas menggoda San Chai bahwa itu hanyalah bualan San Chai agar tidak berpisah dengan Thomas. Cubitan pipipun diberikan San Chai kepada Thomas. Akhirnya mereka tertawa gembira.
Mereka tiba dipasar buah tangan. Banyak sekali kerajinan yang menarik dari kerang-kerang pantai. Akhirnya San Chai pergi memasuki pasar tersebut tanpa mengajak Thomas dan Eric. Eric berteriak mengingatkan San Chai untuk berhati-hati dan berkumpul ditempat itu kembali, sedangkan Thomas menganggap itu adalah hobi perempuan yang tidak bisa diubah. San Chai hanya tak acuh sambil melambaikan tangan tanpa menoleh kearah mereka. Akhirnya dua pemuda itu juga memutuskan untuk berpisah mencari barang yang mereka sukai.
Setelah puas berbelanja, San Chai kembali ketempat mereka berpisah. Bertepatan dengan Eric yang telah selesai berbelanja. Mereka menunggu Thomas yang tak kunjung datang. 10 menit kemudian, Thomas datang dengan tangan kosong. San Chai pun kesal karena dia hanya menunggu orang yang tidak melakukan apa-apa. Itu seperti menunggu batu yang berbicara, anggapnya. Tetapi Thomas menenangkan San Chai. Tangannya merogoh saku bajunya dan mengeluarkan tiga buah gelang yang terbuat dari kerang. Gelang kerang itu memiliki tiga warna yaitu warna merah untuk Eric, warna kuning untuk San Chai, dan warna biru untuk dirinya sendiri. Thomas pun mengatakan alasannya dia membeli gelang tersebut.
“Kawan, gelang ini gratis untuk kalian. Gelang ini simbol bahwa kita sahabat selamanya. Jika kau merasa sendiri, lihatlah gelang ini. Percayalah bahwa kita pasti selalu ada dan  saling mendukung apa yang kita lakukan dan kita selalu menerima satu sama lain apa adanya. Tak ada yang dapat memisahkan kita. Berjanjilah!,” tegas Thomas dengan sangat yakin. Eric pun memberikan pukulan tinju ketangan Thomas, dengan tersenyum dan berjanji ke Thomas. San Chai memeluk Thomas dengan berkata,
“Aku tidak menyangka bahwa kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki meskipun kamu keras kepala. Aku berjanji!” ucap San Chai dengan bahagia. Thomas pun hanya mengangguk dan yakin bahwa mereka tak dapat dipisahkan. Kemudian San Chai menggandeng tangan Eric dan Thomas. Ia mengajak mereka untuk menikmati makan siang.
Sesampainya mereka di wisma. Eric bergumam bahwa 3 hari lagi liburan musim panas akan berakhir dan mereka akan kembali masuk sekolah. Thomas kesal karena Eric mengingatkan hal itu, ia ingat bahwa dia belum mengerjakan beberapa tugas. San Chai marah mendengarnya sehingga ia mengajak untuk kembali pulang dan menyuruh Thomas untuk mengerjakan tugasnya, tetapi San Chai berjanji membantunya. Thomas pun berterima kasih kepada San Chai dengan menyebutnya sang bidadari karena telah menyelamatkan hidupnya. San Chai hanya menahan tawa karena geli mendengar celotehan Thomas. Eric pun akhirnya menyuruh mereka untuk mengemasi barang-barang dan kembali pulang.
Tiga hari telah berlalu, mereka menuju kesekolah bersama. Tepat didepan gerbang, mereka berpisah jalan. Karena kelas mereka telah diacak. Mereka tidak satu kelas lagi. Eric melambaikan tangan kepada mereka. Thomas menggoda San Chai bahwa ia ingin mengantarkan sampai kedepan kelasnya. San Chai kesal dan menyuruh Thomas untuk pergi kekelas terlebih dahulu karena dia sedang menunggu teman sebangkunya. Thomas pun mengiyakan dengan tersenyum geli karena berhasil menggoda San Chai dan pergi ke kelasnya.
Disaat San Chai sedang menunggu teman sebangkunya yang bernama Delia. Tiba-tiba Delia datang bersama siswa baru. Parasnya cantik, bajunya rapi sopan, dan dia sangat murah senyum. Delia akhirnya menyapa San Chai dari lamunannyaa mengamati siswa baru tersebut.
“Hai San Chai. Kau sedang melihat siapa?,” celetuk Delia mengagetkan San Chai.
“Oh hai! Aku sedang menunggumu,” jawabnya dengan tersenyum
“Wah terima kasih. Oh perkenalkan ini teman lamaku. Dia bernama Natalie. Dia baru pindah minggu yang lalu,” ajak Delia kepada San Chai untuk berkenalan
“Hai namaku Natalie Caroline. Aku berasal dari Denmark. Senang berkenalan denganmu,” sapa Natalie dengan senyum manis juga sopan dan mengajak San Chai berjabat tangan
“Hai, aku San Chai. Senang berkenalan denganmu juga. Tapi dimana kelasmu?,” tanyanya. Tetapi Natalie terlihat kebingungan dan menjawab pertanyaan San Chai bahwa Natalie satu kelas dengan Thomas. San Chai terekejut dan memiliki perasaan yang buruk, tetapi ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanya desiran angin lewat. Bel masuk akhirnya berbunyi, Delia menyuruh San Chai untuk pergi ke kelas terlebih dahulu karena ia masih mengantarkan Natalie ke kelas barunya. San Chai pun pergi dengan perasaan yang tetap tidak dapat ditebak.
Setelah 180 menit pelajaran, bel istirahat akhirnya berbunyi. Seperti biasa, tiga serangkai makan siang bersama dikantin. San Chai pun membuat topik pembicaraan tentang Natalie sang siswi baru. Eric penasaran dengan siapa Natalie itu. Thomas akhirnya menyela pembicaraan dan mengatakan tentang asal-usul Natalie. Ia sangat bersemangat sekali menceritakannya. Eric pun dengan serius mendengar ocehan Thomas, tetapi hanya San Chai yang tetap makan dan memiliki perasaan yang tidak enak. Tiba-tiba, Natalie datang dengan Delia. Thomas pun menyapa Natalie. Natalie hanya tersenyum malu. Dengan semangat, Thomas menghampiri Natalie dan berbicara sesuatu, selanjutnya Natalie hanya mengangguk tersenyum. Eric kemudian bertanya kepada Thomas apa yang mereka bicarakan. Thomas hanya tersenyum bahagia, tetapi ia melihat San Chai yang acuh dengan tingkahnya. Thomas pun menanyakan keadaan San Chai. Ia akhirnya menutupi kegelisahannya dan menjawab bahwa ia hanya berpikir bahwa Thomas menyukai Natalie, tetapi apakah Natalie bisa menerima perasaan Thomas. Ejekan San Chai membuat mereka tertawa dan Thomas kesal dengan pemikiran San Chai. Setelah bercanda dan menghabiskan makan siang mereka. Akhirnya mereka kembali ke kelas masing-masing.
Eric dan San Chai menunggu Thomas yang tak kunjung muncul diwaktu pulang sekolah. Setelah sekian lama mereka menunggu, Thomas akhirnya keluar bersama Natalie. Eric menyambut dengan tersenyum dan mengajak Natalie untuk pulang bersama. San Chai berjalan bersama Natalie. Karena keramahan Natalie, kegelisahan San Chai akhirnya memudar dan ia merasa telah berpikir buruk terhadap Natalie. Setelah di persimpangan jalan, Natalie berpamitan kepada mereka untuk berpisah karena rumah Natalie menuju ke belokan kiri jalan. Eric dan San Chai mengiyakan dan mengingatkan untuk berhati-hati. Tetapi Thomas dengan semangatnya berminat untuk mengantarkan Natalie pulang, ia beralasan Natalie bisa saja lupa jalan pulang karena ini pertama kali ia melewati jalan ini. Karena hari mulai beranjak gelap, Eric dan San Chai menyetujui Thomas dan menyuruhnya untuk menjaga Natalie. Mereka akhirnya berpisah menuju arah yang berbeda.
Esok harinya, Thomas mengirimkan pesan kepada Eric dan San Chai bahwa ia tidak dapat pergi kesekolah bersama karena ia mengantarkan Natalie. San Chai kesal dengan sikap Thomas padahal rumah Thomas jauh dari rumah Natalie. Eric hanya menenangkan San Chai dan berkata bahwa itu wajar karena Natalie adalah orang baru dikota ini dan dia masih membutuhkan pemandu jalan. San Chai akhirnya mengerti dan tersenyum. Kemudian mereka berjalan menuju sekolah hanya berdua.
Disaat bel istirahat, San Chai mengirim pesan kepada Eric bahwa ia tidak bisa makan siang bersama karena ia memiliki tugas yang dikumpulkan hari ini, ia meminta maaf dan menyuruh Eric untuk makan siang bersama Thomas dan titip salam kepadanya. Eric membalas bahwa ia mengerti.
Bel pulang sekolah, San Chai menuggu Eric dan Thomas keluar. Eric keluar dengan gayanya yang keren sehingga banyak pandangan wanita yang menuju kearahnya. San Chai menggoda Eric bahwa ia takut akan dibunuh oleh ribuan wanita karena ia dekat dengan Eric. Eric kesal dan mencubit pipi San Chai. Mereka duduk didepan gerbang sekolah menunggu Thomas, tiba-tiba San Chai bertanya tentang suasana makan siang tadi tanpa dirinya. Eric berkata bahwa ia makan sendirian karena Thomas makan bersama Natalie, tetapi itu tidak masalah bagi Eric. San Chai terkejut dan marah sekali dengan sikap Thomas yang berubah semenjak adanya  Natalie. Eric menenangkan dan berkata pada San Chai sebaiknya mereka pulang tanpa Thomas. San Chai terkejut dan bertanya. Ternyata, Thomas telah pulang duluan bersama Natalie. Kekesalan San Chai menjadi dan ia akan menegaskan kejadian ini hari esok kepada Thomas. Eric hanya terdiam dan melihat gelang pemberian Thomas.
Keesokan harinya, San Chai menyuruh Eric untuk menuju ke kelas terlebih dahulu karena ia memiliki urusan pribadi. Ternyata San Chai menuggu Thomas yang datang bersama Natalie. San Chai menyapa Natalie dan menyuruhnya untuk pergi ke kelas terlebih dahulu Thomas kesal kepada San Chai karena sikapnya yang aneh terhadap Natalie. San Chai menyela Thomas yang sedang kesal.
“Thomas! Sikapku tidak aneh! Sikapmu yang aneh! Semenjak kamu bertemu dengan Natalie. Kamu melupakan Aku dan Eric! Apa kamu tidak tahu bahwa Eric kemarin makan siang sendiri tanpa ditemani kita?!,” bentak San Chai dengan tegas
“Hei! Justru kamu yang meninggalkan Eric sendirian! Aku telah bertanya kepada Eric diamana dirimu dan aku telah berkata bahwa aku akan makan bersama Natalie! Eric pun menjawab tanpa berat hati! Kenapa kamu yang membingungkan masalah ini?!,” bentak Thomas lebih keras
“Tapi kamu bisa makan se-meja bersama Eric bukan meninggalkannya demi kesenangan tidak jelas ini!,” tukas San Chai. Thomas merasa sangat tersindir dengan San Chai sehingga ia lebih mendekat kearah San Chai.
“Sekarang apa maksudmu?! Apa kamu cemburu? Jangan pernah berharap aku menyukaimu San Chai!,” tegas Thomas dengan mata melotot melihat San Chai. San Chai pun merasa tersindir.
“Thomas! Aku sahabatmu! Kamu telah aku anggap sebagai kakakku! Aku tidak ingin kamu melupakan aku dan Eric. Hanya itu!,” bentak San Chai kepada Thomas. Thomas geram, ia menuju ke kelas dengan mengacuhkan San Chai. Ia berjalan dengan tangan mengepal yang menandakan ia sedang kesal. San Chai merasa ia ingin menangis karena telah melakukan adu mulut dengan sahabat yang ia sayangi dan berkahir seperti ini. Ia sangat menyesali dan menyalahkan dirinya sendiri.
Bel istirahat berbunyi, San Chai hanya makan siang bersama Eric. Ia mengatakan apa yang terjadi tadi pagi. Eric sangat sedih mendengar cerita tersebut. Eric menjelaskan kepada San Chai bahwa Thomas berhak bersama teman yang lain dan sebagai sahabat seharusnya tidak terlalu posesif. Ia menganjurkan San Chai agar meminta maaf kepada Thomas. San Chai dengan merasa bersalah menganggukkan kepala dan merenungkan perkataan Eric.
Tiba-tiba, Thomas datang bersama Natalie dan teman-temannya yang lain. Segerombolan itu melewati San Chai dan Eric. Thomas tidak menyapa dua sahabatnya itu. Keanehanpun dirasakan oleh seluruh pengunjung kantin sekolah. Mereka saling membicarakan dan menebak apa yang terjadi. Karena Natalie merasa tidak enak hati kepada San Chai, maka ia menghampiri San Chai dan meminta ijin untuk makan bersamanya. Thomas geram melihat Natalie yang mendekati San Chai. Ia masih dendam dengan kejadian tadi pagi. Akhirnya sikap buruk Thomas muncul.
“Natalie, kenapa kamu menghampiri gadis itu?!,” tanya Thomas sambil melihat San Chai. San Chai hanya tertunduk menyesal dan terdiam.
“Apa kamu mau bergabung dengan kita?. Kemarilah, ada satu kursi kosong untukmu,” jawab Natalie polos dengan tersenyum dan menenangkan suasana.
“Aku tidak mau duduk bersama mereka!,” ketusnya. Eric akhirnya terkejut dan menjadi kesal juga dengan kelakuan Thomas seperti itu dihadapan seluruh murid. Natalie juga terkejut mendengar perkataan Thomas.
“Hei Thomas! Atas nama siapa kamu permalukan kami dihadapan seluruh murid!,” bentak Eric. Thomas hanya tertawa dan mengolok mereka kembali. San Chai akhirnya menangis. Melihat San Chai menangis, Natalie memeluk dan menenangkan San Chai. Kemudian San Chai berdiri dan menghampiri Thomas.
“Thomas, maafkan aku atas kejadian pagi tadi. Aku sangat menyesal, aku tidak ingin persahabatan kita hancur hanya karena kejadian itu,” mata San Chai berlinang melihat Thomas yang tidak mau melihatnya. Kemudian San Chai memeluk Thomas, tetapi Thomas mendorong San Chai hingga ia terjatuh.
“Aku tidak mau berteman dengan seorang anak yatim!,” bentak Thomas dihadapan seluruh murid. Tangis San Chai semakin menjadi sehingga Eric menghampiri San Chai. Eric geram dan tak disangka ia memukul wajah Thomas hingga hidungnya mengeluarkan darah. Thomas dan San Chai terkejut melihat Eric seperti ini. Karena Eric merupakan tipe anak yang pendiam.
“Thomas! Berani sekali kamu mengatakan itu kepada San Chai! Apa kamu lupa bahwa San Chai selalu menolongmu disaat kamu gelisah, disat kamu jenuh, dan disaat kamu tidak bisa mengerjakan tugas?! Apa ini rasa terima kasihmu terhadapnya?,” suara Eric lebih tegas dan lebih keras daripada biasanya. Tetapi Thomas bukannya menyadari kesalahannya. Dia semakin geram dan berdiri menatap Eric.
“Baiklah! Mulai saat ini, aku tidak butuh bantuan kalian! Jangan pernah menganggapku sahabat!,”. Tiba-tiba ia melepaskan gelang simbol persahabatan dan menginjaknya. San Chai melihat itu kemudian marah.
“Thomas! Ternyata kamu benar-benar serius melepaskan gelang kita. Apa kamu lupa bahwa kamulah yang memberikan gelang itu untuk simbol persahabatan kita? Dan kamulah yang membuat janji agar kita tidak berpisah? Dan sekarang kamulah yang melanggar janji itu sendiri! Aku benci kepadamu!,” bentak San Chai terhadap Thomas dengan cucuran air mata. Thomas hanya beranjak pergi dan membiarkan mereka. Ia mengajak Natalie untuk kembali ke kelas, tetapi Natalie geram. Wajah Natalie yang lemah lembut itu kemudian menjadi merah marah, sehingga ia berani menampar Thomas. Thomas semakin kesal dan meninggalkan mereka.
Seminggu berlalu, tiga sahabat itu bukanlah sahabat lagi. Dan dalam seminggu itu juga, Thomas tidak memiliki teman. Karena teman-temannya yang lain menganggap bahwa Thomas adalah orang jahat, mereka sangat menyesali sikap Thomas karena telah mencaci maki sahabatnya sendiri. Saat istirahat pun ia hanya makan sendiri, setelah itu dia lebih banyak menghabiskan duduk dibawah pohon dengan mendengarkan lagu. Tiba-tiba, lagu Simple Plan – Summer Paradise mengingatkannya saat ia dan dua sahabatnya itu berlibur musim panas dipantai dan mendengarkan lagu tersebut. Akhirnya dia menangis dan menyesali apa yang terjadi. Ia menyadari kesalahannya. Ia merasa malu kepada dirinya sendiri, karena ia yang membuat janji dan ia yang melanggar janji. Kemudian ia bergumam berkata,
“Semua ini tak seperti janjiku. Maafkan aku sahabat, aku sangat menyesalinya,” ia berkata dengan sedih dan mengeluarkan gelang simbol persahabatannya. Ia hanya terdiam merenungi nasibnya dan ditemani angin kesedihan yang berdesir lirih.

0 Comments:

Post a Comment