Berawal dari liburan musim panas, tiga sahabat itu
berlibur ke pantai bersama. San Chai bangun pagi hari sekali hanya untuk
melihat matahari terbit. Dengan menggunakan piyamanya ia duduk di pinggir pantai dibawah matahari
terbit dan menyambutnya dengan tersenyum. Eric pun menghampiri San Chai yang
sedang menikmati matahati tersebut.
“Hei, kau terlihat bahagia sekali,” sapa Eric
“Ah, aku hanya merasa bebas sekali,” jawabnya dengan
menghirup udara yang sejuk itu. “Dimana Thomas?,” tanyanya dengan penasaran.
“Dia jarang sekali bisa bangun sepagi ini.
Biarkanlah, dia lelah telah menyetir kemarin,” ucap Eric dengan tawa kecil.
Akhirnya Eric duduk di pinggir San Chai dan bergabung melihat matahari terbit
dengan indahnya. Tiba-tiba, Thomas keluar dengan membawa dua cangkir kopi.
“Hei! Kenapa kalian menikmati pemandangan ini tanpa
aku?,” seru Thomas dengan mengejek sambil menyodorkan cangkir kopi kepada
mereka.
“Apa yang membuatmu bisa berbuat baik seperti ini?,”
tanya San Chai heran. Akhirnya mereka semua tertawa bersama.
Siang harinya, Eric mengajak mereka berjalan
dipinggir pantai. Disepanjang perjalanan mereka hanya terdiam menikmati
pemandangan. Mereka saling tersenyum melihat indahnya ciptaan ini. Akhirnya San
Chai memulai percakapan, ia merasa bahwa persahabatan ini tidak akan pudar
hingga kelak mereka sukses akan terus bersama. Eric mengiyakan dengan anggukan
kepala. Thomas menggoda San Chai bahwa itu hanyalah bualan San Chai agar tidak
berpisah dengan Thomas. Cubitan pipipun diberikan San Chai kepada Thomas.
Akhirnya mereka tertawa gembira.
Mereka tiba dipasar buah tangan. Banyak sekali
kerajinan yang menarik dari kerang-kerang pantai. Akhirnya San Chai pergi
memasuki pasar tersebut tanpa mengajak Thomas dan Eric. Eric berteriak
mengingatkan San Chai untuk berhati-hati dan berkumpul ditempat itu kembali,
sedangkan Thomas menganggap itu adalah hobi perempuan yang tidak bisa diubah.
San Chai hanya tak acuh sambil melambaikan tangan tanpa menoleh kearah mereka.
Akhirnya dua pemuda itu juga memutuskan untuk berpisah mencari barang yang
mereka sukai.
Setelah puas berbelanja, San Chai kembali ketempat
mereka berpisah. Bertepatan dengan Eric yang telah selesai berbelanja. Mereka
menunggu Thomas yang tak kunjung datang. 10 menit kemudian, Thomas datang
dengan tangan kosong. San Chai pun kesal karena dia hanya menunggu orang yang
tidak melakukan apa-apa. Itu seperti menunggu batu yang berbicara, anggapnya.
Tetapi Thomas menenangkan San Chai. Tangannya merogoh saku bajunya dan
mengeluarkan tiga buah gelang yang terbuat dari kerang. Gelang kerang itu
memiliki tiga warna yaitu warna merah untuk Eric, warna kuning untuk San Chai,
dan warna biru untuk dirinya sendiri. Thomas pun mengatakan alasannya dia
membeli gelang tersebut.
“Kawan, gelang ini gratis untuk kalian. Gelang ini
simbol bahwa kita sahabat selamanya. Jika kau merasa sendiri, lihatlah gelang
ini. Percayalah bahwa kita pasti selalu ada dan
saling mendukung apa yang kita lakukan dan kita selalu menerima satu
sama lain apa adanya. Tak ada yang dapat memisahkan kita. Berjanjilah!,” tegas
Thomas dengan sangat yakin. Eric pun memberikan pukulan tinju ketangan Thomas,
dengan tersenyum dan berjanji ke Thomas. San Chai memeluk Thomas dengan
berkata,
“Aku tidak menyangka bahwa kamu adalah sahabat
terbaik yang pernah aku miliki meskipun kamu keras kepala. Aku berjanji!” ucap
San Chai dengan bahagia. Thomas pun hanya mengangguk dan yakin bahwa mereka tak
dapat dipisahkan. Kemudian San Chai menggandeng tangan Eric dan Thomas. Ia
mengajak mereka untuk menikmati makan siang.
Sesampainya mereka di wisma. Eric bergumam bahwa 3
hari lagi liburan musim panas akan berakhir dan mereka akan kembali masuk
sekolah. Thomas kesal karena Eric mengingatkan hal itu, ia ingat bahwa dia
belum mengerjakan beberapa tugas. San Chai marah mendengarnya sehingga ia
mengajak untuk kembali pulang dan menyuruh Thomas untuk mengerjakan tugasnya,
tetapi San Chai berjanji membantunya. Thomas pun berterima kasih kepada San
Chai dengan menyebutnya sang bidadari karena telah menyelamatkan hidupnya. San
Chai hanya menahan tawa karena geli mendengar celotehan Thomas. Eric pun
akhirnya menyuruh mereka untuk mengemasi barang-barang dan kembali pulang.
Tiga hari telah berlalu, mereka menuju kesekolah
bersama. Tepat didepan gerbang, mereka berpisah jalan. Karena kelas mereka
telah diacak. Mereka tidak satu kelas lagi. Eric melambaikan tangan kepada
mereka. Thomas menggoda San Chai bahwa ia ingin mengantarkan sampai kedepan
kelasnya. San Chai kesal dan menyuruh Thomas untuk pergi kekelas terlebih
dahulu karena dia sedang menunggu teman sebangkunya. Thomas pun mengiyakan
dengan tersenyum geli karena berhasil menggoda San Chai dan pergi ke kelasnya.
Disaat San Chai sedang menunggu teman sebangkunya
yang bernama Delia. Tiba-tiba Delia datang bersama siswa baru. Parasnya cantik,
bajunya rapi sopan, dan dia sangat murah senyum. Delia akhirnya menyapa San
Chai dari lamunannyaa mengamati siswa baru tersebut.
“Hai San Chai. Kau sedang melihat siapa?,” celetuk
Delia mengagetkan San Chai.
“Oh hai! Aku sedang menunggumu,” jawabnya dengan
tersenyum
“Wah terima kasih. Oh perkenalkan ini teman lamaku.
Dia bernama Natalie. Dia baru pindah minggu yang lalu,” ajak Delia kepada San
Chai untuk berkenalan
“Hai namaku Natalie Caroline. Aku berasal dari
Denmark. Senang berkenalan denganmu,” sapa Natalie dengan senyum manis juga
sopan dan mengajak San Chai berjabat tangan
“Hai, aku San Chai. Senang berkenalan denganmu juga.
Tapi dimana kelasmu?,” tanyanya. Tetapi Natalie terlihat kebingungan dan
menjawab pertanyaan San Chai bahwa Natalie satu kelas dengan Thomas. San Chai
terekejut dan memiliki perasaan yang buruk, tetapi ia meyakinkan dirinya
sendiri bahwa itu hanya desiran angin lewat. Bel masuk akhirnya berbunyi, Delia
menyuruh San Chai untuk pergi ke kelas terlebih dahulu karena ia masih
mengantarkan Natalie ke kelas barunya. San Chai pun pergi dengan perasaan yang
tetap tidak dapat ditebak.
Setelah 180 menit pelajaran, bel istirahat akhirnya
berbunyi. Seperti biasa, tiga serangkai makan siang bersama dikantin. San Chai
pun membuat topik pembicaraan tentang Natalie sang siswi baru. Eric penasaran
dengan siapa Natalie itu. Thomas akhirnya menyela pembicaraan dan mengatakan
tentang asal-usul Natalie. Ia sangat bersemangat sekali menceritakannya. Eric
pun dengan serius mendengar ocehan Thomas, tetapi hanya San Chai yang tetap
makan dan memiliki perasaan yang tidak enak. Tiba-tiba, Natalie datang dengan
Delia. Thomas pun menyapa Natalie. Natalie hanya tersenyum malu. Dengan
semangat, Thomas menghampiri Natalie dan berbicara sesuatu, selanjutnya Natalie
hanya mengangguk tersenyum. Eric kemudian bertanya kepada Thomas apa yang
mereka bicarakan. Thomas hanya tersenyum bahagia, tetapi ia melihat San Chai yang
acuh dengan tingkahnya. Thomas pun menanyakan keadaan San Chai. Ia akhirnya
menutupi kegelisahannya dan menjawab bahwa ia hanya berpikir bahwa Thomas
menyukai Natalie, tetapi apakah Natalie bisa menerima perasaan Thomas. Ejekan
San Chai membuat mereka tertawa dan Thomas kesal dengan pemikiran San Chai.
Setelah bercanda dan menghabiskan makan siang mereka. Akhirnya mereka kembali
ke kelas masing-masing.
Eric dan San Chai menunggu Thomas yang tak kunjung
muncul diwaktu pulang sekolah. Setelah sekian lama mereka menunggu, Thomas
akhirnya keluar bersama Natalie. Eric menyambut dengan tersenyum dan mengajak
Natalie untuk pulang bersama. San Chai berjalan bersama Natalie. Karena
keramahan Natalie, kegelisahan San Chai akhirnya memudar dan ia merasa telah berpikir
buruk terhadap Natalie. Setelah di persimpangan jalan, Natalie berpamitan
kepada mereka untuk berpisah karena rumah Natalie menuju ke belokan kiri jalan.
Eric dan San Chai mengiyakan dan mengingatkan untuk berhati-hati. Tetapi Thomas
dengan semangatnya berminat untuk mengantarkan Natalie pulang, ia beralasan
Natalie bisa saja lupa jalan pulang karena ini pertama kali ia melewati jalan
ini. Karena hari mulai beranjak gelap, Eric dan San Chai menyetujui Thomas dan menyuruhnya
untuk menjaga Natalie. Mereka akhirnya berpisah menuju arah yang berbeda.
Esok harinya, Thomas mengirimkan pesan kepada Eric
dan San Chai bahwa ia tidak dapat pergi kesekolah bersama karena ia
mengantarkan Natalie. San Chai kesal dengan sikap Thomas padahal rumah Thomas
jauh dari rumah Natalie. Eric hanya menenangkan San Chai dan berkata bahwa itu
wajar karena Natalie adalah orang baru dikota ini dan dia masih membutuhkan
pemandu jalan. San Chai akhirnya mengerti dan tersenyum. Kemudian mereka
berjalan menuju sekolah hanya berdua.
Disaat bel istirahat, San Chai mengirim pesan kepada
Eric bahwa ia tidak bisa makan siang bersama karena ia memiliki tugas yang
dikumpulkan hari ini, ia meminta maaf dan menyuruh Eric untuk makan siang
bersama Thomas dan titip salam kepadanya. Eric membalas bahwa ia mengerti.
Bel pulang sekolah, San Chai menuggu Eric dan Thomas
keluar. Eric keluar dengan gayanya yang keren sehingga banyak pandangan wanita
yang menuju kearahnya. San Chai menggoda Eric bahwa ia takut akan dibunuh oleh
ribuan wanita karena ia dekat dengan Eric. Eric kesal dan mencubit pipi San
Chai. Mereka duduk didepan gerbang sekolah menunggu Thomas, tiba-tiba San Chai
bertanya tentang suasana makan siang tadi tanpa dirinya. Eric berkata bahwa ia
makan sendirian karena Thomas makan bersama Natalie, tetapi itu tidak masalah
bagi Eric. San Chai terkejut dan marah sekali dengan sikap Thomas yang berubah
semenjak adanya Natalie. Eric
menenangkan dan berkata pada San Chai sebaiknya mereka pulang tanpa Thomas. San
Chai terkejut dan bertanya. Ternyata, Thomas telah pulang duluan bersama
Natalie. Kekesalan San Chai menjadi dan ia akan menegaskan kejadian ini hari
esok kepada Thomas. Eric hanya terdiam dan melihat gelang pemberian Thomas.
Keesokan harinya, San Chai menyuruh Eric untuk
menuju ke kelas terlebih dahulu karena ia memiliki urusan pribadi. Ternyata San
Chai menuggu Thomas yang datang bersama Natalie. San Chai menyapa Natalie dan
menyuruhnya untuk pergi ke kelas terlebih dahulu Thomas kesal kepada San Chai
karena sikapnya yang aneh terhadap Natalie. San Chai menyela Thomas yang sedang
kesal.
“Thomas! Sikapku tidak aneh! Sikapmu yang aneh!
Semenjak kamu bertemu dengan Natalie. Kamu melupakan Aku dan Eric! Apa kamu
tidak tahu bahwa Eric kemarin makan siang sendiri tanpa ditemani kita?!,” bentak
San Chai dengan tegas
“Hei! Justru kamu yang meninggalkan Eric sendirian!
Aku telah bertanya kepada Eric diamana dirimu dan aku telah berkata bahwa aku
akan makan bersama Natalie! Eric pun menjawab tanpa berat hati! Kenapa kamu
yang membingungkan masalah ini?!,” bentak Thomas lebih keras
“Tapi kamu bisa makan se-meja bersama Eric bukan
meninggalkannya demi kesenangan tidak jelas ini!,” tukas San Chai. Thomas
merasa sangat tersindir dengan San Chai sehingga ia lebih mendekat kearah San
Chai.
“Sekarang apa maksudmu?! Apa kamu cemburu? Jangan
pernah berharap aku menyukaimu San Chai!,” tegas Thomas dengan mata melotot
melihat San Chai. San Chai pun merasa tersindir.
“Thomas! Aku sahabatmu! Kamu telah aku anggap
sebagai kakakku! Aku tidak ingin kamu melupakan aku dan Eric. Hanya itu!,”
bentak San Chai kepada Thomas. Thomas geram, ia menuju ke kelas dengan
mengacuhkan San Chai. Ia berjalan dengan tangan mengepal yang menandakan ia
sedang kesal. San Chai merasa ia ingin menangis karena telah melakukan adu
mulut dengan sahabat yang ia sayangi dan berkahir seperti ini. Ia sangat
menyesali dan menyalahkan dirinya sendiri.
Bel istirahat berbunyi, San Chai hanya makan siang
bersama Eric. Ia mengatakan apa yang terjadi tadi pagi. Eric sangat sedih
mendengar cerita tersebut. Eric menjelaskan kepada San Chai bahwa Thomas berhak
bersama teman yang lain dan sebagai sahabat seharusnya tidak terlalu posesif.
Ia menganjurkan San Chai agar meminta maaf kepada Thomas. San Chai dengan
merasa bersalah menganggukkan kepala dan merenungkan perkataan Eric.
Tiba-tiba, Thomas datang bersama Natalie dan
teman-temannya yang lain. Segerombolan itu melewati San Chai dan Eric. Thomas
tidak menyapa dua sahabatnya itu. Keanehanpun dirasakan oleh seluruh pengunjung
kantin sekolah. Mereka saling membicarakan dan menebak apa yang terjadi. Karena
Natalie merasa tidak enak hati kepada San Chai, maka ia menghampiri San Chai
dan meminta ijin untuk makan bersamanya. Thomas geram melihat Natalie yang
mendekati San Chai. Ia masih dendam dengan kejadian tadi pagi. Akhirnya sikap
buruk Thomas muncul.
“Natalie, kenapa kamu menghampiri gadis itu?!,”
tanya Thomas sambil melihat San Chai. San Chai hanya tertunduk menyesal dan
terdiam.
“Apa kamu mau bergabung dengan kita?. Kemarilah, ada
satu kursi kosong untukmu,” jawab Natalie polos dengan tersenyum dan
menenangkan suasana.
“Aku tidak mau duduk bersama mereka!,” ketusnya.
Eric akhirnya terkejut dan menjadi kesal juga dengan kelakuan Thomas seperti
itu dihadapan seluruh murid. Natalie juga terkejut mendengar perkataan Thomas.
“Hei Thomas! Atas nama siapa kamu permalukan kami
dihadapan seluruh murid!,” bentak Eric. Thomas hanya tertawa dan mengolok
mereka kembali. San Chai akhirnya menangis. Melihat San Chai menangis, Natalie
memeluk dan menenangkan San Chai. Kemudian San Chai berdiri dan menghampiri
Thomas.
“Thomas, maafkan aku atas kejadian pagi tadi. Aku
sangat menyesal, aku tidak ingin persahabatan kita hancur hanya karena kejadian
itu,” mata San Chai berlinang melihat Thomas yang tidak mau melihatnya. Kemudian
San Chai memeluk Thomas, tetapi Thomas mendorong San Chai hingga ia terjatuh.
“Aku tidak mau berteman dengan seorang anak yatim!,”
bentak Thomas dihadapan seluruh murid. Tangis San Chai semakin menjadi sehingga
Eric menghampiri San Chai. Eric geram dan tak disangka ia memukul wajah Thomas
hingga hidungnya mengeluarkan darah. Thomas dan San Chai terkejut melihat Eric
seperti ini. Karena Eric merupakan tipe anak yang pendiam.
“Thomas! Berani sekali kamu mengatakan itu kepada
San Chai! Apa kamu lupa bahwa San Chai selalu menolongmu disaat kamu gelisah,
disat kamu jenuh, dan disaat kamu tidak bisa mengerjakan tugas?! Apa ini rasa
terima kasihmu terhadapnya?,” suara Eric lebih tegas dan lebih keras daripada
biasanya. Tetapi Thomas bukannya menyadari kesalahannya. Dia semakin geram dan
berdiri menatap Eric.
“Baiklah! Mulai saat ini, aku tidak butuh bantuan
kalian! Jangan pernah menganggapku sahabat!,”. Tiba-tiba ia melepaskan gelang
simbol persahabatan dan menginjaknya. San Chai melihat itu kemudian marah.
“Thomas! Ternyata kamu benar-benar serius melepaskan
gelang kita. Apa kamu lupa bahwa kamulah yang memberikan gelang itu untuk
simbol persahabatan kita? Dan kamulah yang membuat janji agar kita tidak
berpisah? Dan sekarang kamulah yang melanggar janji itu sendiri! Aku benci
kepadamu!,” bentak San Chai terhadap Thomas dengan cucuran air mata. Thomas
hanya beranjak pergi dan membiarkan mereka. Ia mengajak Natalie untuk kembali
ke kelas, tetapi Natalie geram. Wajah Natalie yang lemah lembut itu kemudian
menjadi merah marah, sehingga ia berani menampar Thomas. Thomas semakin kesal
dan meninggalkan mereka.
Seminggu berlalu, tiga sahabat itu bukanlah sahabat
lagi. Dan dalam seminggu itu juga, Thomas tidak memiliki teman. Karena
teman-temannya yang lain menganggap bahwa Thomas adalah orang jahat, mereka
sangat menyesali sikap Thomas karena telah mencaci maki sahabatnya sendiri.
Saat istirahat pun ia hanya makan sendiri, setelah itu dia lebih banyak
menghabiskan duduk dibawah pohon dengan mendengarkan lagu. Tiba-tiba, lagu Simple Plan – Summer Paradise
mengingatkannya saat ia dan dua sahabatnya itu berlibur musim panas dipantai
dan mendengarkan lagu tersebut. Akhirnya dia menangis dan menyesali apa yang
terjadi. Ia menyadari kesalahannya. Ia merasa malu kepada dirinya sendiri,
karena ia yang membuat janji dan ia yang melanggar janji. Kemudian ia bergumam
berkata,
“Semua ini tak seperti janjiku. Maafkan aku sahabat,
aku sangat menyesalinya,” ia berkata dengan sedih dan mengeluarkan gelang
simbol persahabatannya. Ia hanya terdiam merenungi nasibnya dan ditemani angin
kesedihan yang berdesir lirih.
0 Comments: